Tuesday 12 August 2008

Kenapa Semua Orang Menikah ?


Coba tanyakan pada diri kita sendiri, " Kenapa Semua Orang Menikah ? ". Tentu jawabannya akan beraneka macam, tentunya dengan alasan dan deretan pertimbangannya masing-masing. Kalo urusan cinta nanti dulu deh, kita bahas lain waktu aja; sebaliknya coba ditelaah lebih jauh daripada aspek emosional semacam cinta itu tadi. Cinta? mungkin bagi sebagian orang itu penting, tapi apa memang sangat penting? menurut saya sih sifatnya masih argumentatif; dan bukankah cinta sendiri sifatnya juga sangat tentatif? bisa datang dan bisa pergi sesuka hati, ditanya objeknya bagaimana pun belum tentu jawaban mantap bisa kita dapatkan dari orang yang (ngakunya) sedang jatuh cinta, terserah saja lah.

Coba kita berangkat dari sisi rasionalitas, mungkin jawabannya bisa jadi seperti ini, " Menikah yaa.. karena emang udah waktunya aja, umur udah cukup, pekerjaan juga udah ada; terus mau ngapain lagi ? ", atau mungkin " Menikah.. pernikahan itu kan ibadah, sebagai manusia yang ber-tuhan sudah semestinya lah kita menaati ajaran dalam agama, apalagi menikah itu juga menghindarkan kita dari perbuatan zinah; iya toh.. ", atau " Saya ingin dong punya keturunan, supaya marga dari keluarga saya bisa diteruskan ". Jawaban-jawaban itu mungkin tipe jawaban yang paling umum kita dengar, coba kita runut satu per satu beberapa kemungkinan sampai-sampai jawaban macam begitu yang bisa muncul dibenak kepala seseorang. Pertama, alasan 'Memang Sudah Mestinya' menjadi jawaban yang paling umum disekitar kita dan bukan hanya dalam hal menikah. Jawaban macam begini seperti sudah membudaya dan mendarah daging. Kenapa Lelaki Cari Nafkah, Perempuan Dirumah? ('Memang Sudah Mestinya'), Kenapa Preside Lelaki? ('Memang Sudah Mestinya'), Kenapa Sekolah Mesti didalam Kelas? ('Memang Sudah Mestinya'), Kenapa Saya Miskin? ('Memang Sudah Mestinya'), dan lain-lain dan lain-lain. Model pemikiran begini yang 'mestinya' kita koreksi, minimal skeptis sedikitlah sama apa yang ada disekitar kita. Saya pribadi agak curiga, kalo watak 'Memang Sudah Mestinya' (Indonesia bangeeet..) itu sengaja ditanam oleh para penguasa terdahulu, yah secara dari jaman baheula bangsa kita ini kan model kerajaan, nah lepas dari raja-raja masuk penjajah yang nggak kalah lama ikut kontribusi pengaruh yang sekarang bisa kita lihat udah jadi watak budaya. Tapi, walau bagaimana saya sendiri nggak bisa nyalahin siapa-siapa kalo mereka yang hidup model 'Memang Sudah Mestinya' fine-fine aja; terserah masing-masing.

Untuk model jawaban kedua, saya nggak menunjuk agama manapun loh.. Istilah zina dalam bahasa Indonesia memang kata serapan dari bahasa arab, tapi toh sudah berlaku umum untuk tindakan yang masuk kategori zina itu sendiri. Selain itu, agama mana juga (yang diakui dalam UUD' 45 s.d amandemen kesekian) jelas-jelas menentang perbuatan zina dan mendukung pernikahan; jadi semuanya sudah bisa dianggap clear. Pertanyaannya, kenapa takut zina malah menikah? kok nggak ekonomis banget, kalo saya mah lebih milih main sepak bola atau main Playstation2 dikamar saya; toh sama-sama terbebas dari ancaman melakukan zina dan jauh lebih murah. Kemudian, kalo menikah itu ibadah maka besar mana pahalanya dengan menafkahi anak yatim piatu yang dibuang ibunya karena perbuatan zina? Wawlohualam bishawab..

Ketiga, mungkin ini jawaban yang paling konyol sekaligus yang paling mendekati rasional. Rasional karena orang ini komit kalau mau beranak harus lewat proses pernikahan yang resmi, tapi juga konyol beralasan "L'Esprit De Marga-nya", demi untuk keberlangusngan marga-nya. Kalo gitu, alasan menikah itu hanya untuk punya anak (keturunan_pen.)? Dimana dong eksistensi hidupnya kalo hidupnya ditentukan dari eksistensi marga keturunan, masih mending kalo anak yang dilahirkan nantinya bisa dijadikan infestasi masa tua-nya, ini malah nggak; Iya kalo kebetulan peranakan istrinya subur, nah kalo nggak? Mau poligami? Padahal poligami idealnya untuk orang-orang yang duitnya cukup untuk banyak kepala, bukan ? (rasional). Aaah, padahal saya juga punya pengalaman buruk dengan kata Rasionalitas. Jangan sekali-kali terlalu berharap sama si 'rasionalitas' itu - buat apa mengandalkan rasionalitas yang sifatnya sendiri relatif terbatas. Jadi biasa aja deeh.. hehehee


...to be continued

4 comments:

mumu said...

tulisan lu bagus. wah punya blog bagus kok baru bilang sekarang hehehe

atmosfer kata-kata said...

matur suwun mas mumu..

ojo ngonolah, dadi ge-er ;)

butuh banyak belajar dari mas mumu pasti..

pantau terus yaa pak..hehehee

Lintang said...

Beberapa alasan orang menikah (selain yang sudah disebutkan di postingan sebelumnya) dan tampaknya lebih masuk akal itung2an rasionalnya:

1. Anggota keluarganya sedikit, nikah dan buat anak sepertinya bisa meramaikan suasana (pikiran yang sering timbul di benak anak tunggal...hohoho...)

2. Nikah bisa bantu kita bagi beban pengeluaran rumah tangga, apalagi kalau harus biayain ortu yang udah pensiun n makin menua (dengan asumsi sang pasangan rela berbagi penghasilan untuk menghidupi mertua).

3. Nikah bisa membawa kita pergi dari rumah dan lepas dari kekangan orangtua yang overprotective, dan bahkan mantan pacar yang posesif!

4. Nikah sebagai pilihan untuk mengikat pasangan supaya ga lirik sana lirik sini (ga jamin juga sih)

5. Nikah supaya pasangan bisa ngurusin kita (hal ini tampaknya lebih sering terjadi pada lelaki berumur / duda yang ditinggal mati istrinya)

6. Nikah supaya pasangan bisa berbagi beban mengurusi anak2 yang sudah ada dari pernikahan sebelumnya (soalnya susah jadi orangtua tunggal! walaupun banyak juga ortu tunggal yang sukses membesarkan anaknya sendiri tanpa menikah lagi...)

atmosfer kata-kata said...

Dearest, lintang..

wah alasan2 yg sangat menarik!
(kenapa tidak terpikir sebelumnya yaa..) coba kita runut :

1. anggota keluarganya sedikit?
jd perbandingan aja nih, ibu saya 11 bersaudara, bapak saya 9 bersaudara. orang jaman dulu yaa begini ini, bayangkan?!

2. menikah untuk meringankan beban belanja negara keluarga?
orang tuanya pasti nggak ikutan jamsostek nii, pensiun tp gak punya jaminan masa tua tuh..

3. lepas dari kekangan ortu atau pacar? boleh aja.. asal jgn keluar kandang macan masuk kandang singa loh yaa..

4. ada perbedaan antara watak dan kebiasaan, nah model larak lirik begina yg namaya watak.. mau dikawinin jg sama aja neng..

5. enak bener ni duda, ditinggal mati istrinya eh malah main dokter2an, pake diurusin segala lagi.. ane juga mauuu x)

6. waduh.. sebenernya mau menikah atau cari baby sitter si??

hehe.. tp ada banyak faktor pasti orang sampai akhirnya menikah juga..

asal bahagia, nikmati ajaa..