Friday 29 May 2009

Ladies Parking dan Cedera Paham Feminisme


Ladies Parking

Coba deh, berapa kali temen-temen pergi ke Mal, dalam seminggu? atau sebulan?. Kayaknya Mal emang udah jadi bagian dari kehidupan banyak manusia yang hidup di Jakarta. Mulai dari sekedar belanja-belanja, ngopi-ngopi, nonton film, pacaran, urusan meeting, dan bahkan untuk acara reuni temen lama, arisan, perayaan ulang tahun; Mal jadi situs primadona. Temen gue sendiri menyebut Mal sebagai 'all-in-one' place for 'multipurposes', semua deh ada disini..hehe tentunya terlepas dari opini kamu yang setuju atau nggak. Mal udah makin menjadi tempat yang sulit dilepas dari kehidupan kita yang tinggal di Jakarta ini. Mulai dari anak balita, ABG, dewasa, sampe kakek-nenek; Mall welcomes you all =)

Tetapi dibalik karakteristik Mal yang sangat egaliter tadi, terselip satu 'noda' yang mengandung sifat eksklusif; ironisnya noda itu dalam hal isu gender. Yaitu, munculnya fenomena Ladies Parking. Ladies Parking seperti yang kita sama-sama tau, adalah spot parkir yang khusus disediakan bagi kaum perempuan yang mengendari sendiri mobilnya. Lokasi parkir untuk Ladies Parking sendiri terbilang sangat strategis, dengan posisinya yang mendekat ke akses-akses pintu masuk Mal. Nggak ayal kalo spot parkir macam ini cukup jadi incaran bagi para pengendara mobil, baik laki-laki maupun perempuan.

Fenomena Ladies Parking merebak hampir diseluruh Mal di Jakarta ini, seakan-akan muncul kesan yang halus, "nggak modern kalo Mal nggak ada Ladies Parking-nya". Fenomena ini pun mulai terjadi nggak lebih atau sekitar 2 tahun kebelakang, atau terbilang sebagai fenomena yang masih baru. Terus kenapa diatas, Ladies Parking gue sebut sebagai "Noda"?

Disini permasalahannya, mungkin sebagian dari kita; agak kurang skeptis. Coba aja kalo kaum perempuan mau sedikit aja skeptis sama fenomena yang ada. Kalo gue ditanya tentang hal ini, dan gue diumpamain sebagai perempuan, jelas gue bakal tersinggung. Loh emangnya kenapa, bukannya malah enak? Emang enak sih, tapi justru malah kenapa-kenapa banget! Kalo gue perempuan, mungkin komentar gue pertama kali "emangnya gue gak mampu nyari parkir sendiri apa? mesti pake disediain segala.." atau "sori yaa.. mungkin mereka yang difabel yang lebih butuh perlakuan istimewa kayak begini..".

Intinya gue sebagai laki-laki (^_^) sama sekali bukan iri, apalagi jealous. Cuma, bukan selama ini kah perempuan yang selalu minta diperlakukan sejajar? Idiom-idiom emansipasi yang bikin kaum perempuan makin seksi dari sebelum-sebelumnya. Gue pikir, kaum perempuan mesti lebih sedikit kritis sama sesuatu yang ada disekitarnya dan menyangkut kepentingan dirinya sendiri. Kartini sendiri, seorang pejuang emansipasi itu; kalo seumpama disediain lahan parkir khusus (ladies parking) mungkin bakal nolak mentah-mentah..hehe, atau coba ambil satu contoh pengalaman temen gue yang sempet kuliah di London. Ceritanya itu dia naik Underground sepulang dari part time job-nya, pas waktu busy hour. Keadaan kereta penuh sesak, dan masuklah seorang penumpang wanita hamil yang perutnya udah cukup besar. Tangan kanan-nya nenteng kantong belanjaan plastik, sedangkan tangan kiri-nya lekat-lekat memegang clutch bag-nya. Nah, sebagai seorang gentlemen, temen gue ini bermaksud baik menawarkan tempat duduknya. tapi apa yang terjadi kemudian?

mhsw: "excuse me.. Ms, you can take my seat, please."
ibu2: "whats? so just becos i'm pregnant, you think i need your bloody seat then?" lanjutnya.
ibu2: "i don't need your's, but thanks. i would've asked if i need it"
mhsw: "yes mam, i'm sorry.." loh kok berubah jadi mam? hehe

*dari situ dia baru sadar kenapa cowok-cowok yang duduk deket ibu hamil tadi nggak nawarin duduk. Mau berniat baik ternyata nggak selalu berbuah pujian, terkadang umpatan :) hehe..

Kembali ke fenomena Ladies Parking tadi, kalo dipandang secara simbolis sendiri, maaf, spot Ladies Parking (eg. Plaza Senayan) letaknya sejajar dengan lahan parkir yang disediakan bagi mereka yang berkursi roda. Artinya ada keasamaan perlakuan disini. Sekali lagi maaf, sama sekali tanpa sebersit maksud gue mengecilkan kaum difabel. Tapi bukan kah sewajarnya jika saudara-saudara kita yang difabel, dan berkursi roda butuh perlakuan yang lebih istimewa. Bahkan, sering kali mereka yang difabel mempunyai semangat kemandirian yang melebihi kita sebagai manusia normal. Penghargaan gue yang sangat tinggi untuk saudara-saudara difabel.

Emansipasi Wanita, parkir dimana?

Bukan barang baru kalo tuntutan persamaan antara kaum perempuan dengan laki-laki disuarakan sejak lama. Seperti dalam hal pekerjaan, peran dalam politik, pendidikan, hingga keluarga. Dan hampir kesemuanya, kaum perempuan mendapatkan posisi yang lebih baik dari waktu ke waktu, bukan?. Misalnya, sekarang nggak ada lagi profesi pekerjaan yang sepenuhnya didominasi laki-laki. Mulai dari kondektur bus kota, sopir transjakarta, sampe pilot pesawat udah sama-sama diisi baik laki-laki maupun perempuan. Indonesia pernah punya presiden perempuan, bahkan Amerika belum pernah. Kursi bagi kaum perempuan baik di parlemen maupun kabinet pemerintah makin tahun makin bertambah. Pendidikan berlaku sejajar baik laki-laki maupun perempuan, Dirut pertamina; BUMN terbesar pun diduduki oleh perempuan. Tapi kenapa untuk urusan parkir dibeda-bedakan yah?

Sayang sekali kalo untuk urusan yang sederhana ini kita sendiri kurang perhatian. Sedikit pun rasa hormat gue nggak berkurang untuk kaum perempuan. Tapi, akan lebih wise kalo kesadaran ini muncul dari perempuan sendiri, bukan? tuntutan untuk persamaan dalam perlakuan akan lebih 'deligent' jika berangkat dari kaum-nya sendiri.

Coba bagaimana dengan pendapat teman-teman deh, khususnya yang perempuan, perempuan yang nyetir mobil sendiri, yang selama ini dimanjakan oleh ladies parking. (loh kok jadi ikut-ikutan eksklusif juga sih? hehe..) Oke deh, menurut lo semua gimana, kawan?