Monday 30 March 2009

Nukilan Cerita Dari Bandara Soe-tta


Pepatah Inggris benar adanya..
Minggu (29/3) pesan singkat sampai di ponsel saya, kira-kira isinya seperti ini "Haris, jgn lupa jemput di airport Terminal 2E GA 981 (Jeddah) jam 3 pagi..". Saya sempat keget, diluar perkiraan karena estimasi saya umroh yang dilakukan keluarga akan memakan waktu sekitar 6-7 hari. Padahal, keluarga sendiri berangkat dari Jakarta baru hari Kamis (26/3) berarti umroh ini cukup makan waktu 5 hari saja, termasuk lama perjalanan Jeddah-Jakarta. Oke, pikir saya informasi suduh cukup jelas hingga tak perlu cek ulang arrival schedule Garuda Indonesia via online. Singkat cerita, berangkatlah saya dari rumah di bilangan BSD City pukul 2 pagi kurang 5 menit. Hanya butuh 30 menit aja waktu perjalanan dan saya sudah beres parkir kendaraan di Terminal 2 bandara area E6, tepatnya didepan jalur pick-up point kedatangan.

Kecurigaan saya mulai timbul ketika Gate 2E kok sepi-sepi aja, coba bandingkan Gate 2D yang dipenuhi para keluarga penjemput. Hati saya bergumam, dimanakah letak kesalahannya? Informasi yang saya terima, intrepetasi saya atas informasi atau ada hal yang lain? Coba-coba saya gali informasi lebih dalam. Karena setelah saya perhatikan arrival board pada layar LCD, ternyata ETA (estimation time arrival) GA 981 tercantum 06:05. Beda dengan pesan SMS yang saya terima dari keluarga yang tertera jam 3 pagi. Bingung punya bingung, saya hampiri information center Gate 2E. Loh, kok yaa bisa-bisanya information desk-nya kosongan? Orang butuh informasi kan ya ndak pake pilih-pilih waktu. Masak akhirnya keterangan soal simpang siur jadwal arrival plane akhirnya saya dapatkan dari seorang Bapak cleaning service bandara sih, tanpa maksud sedikitpun mengecilkan peran Bapak tadi loh. Cuman hal ini kan berhubungan dengan aksesibilitas information center bandara Soekarno-Hatta dengan cap tebal sebagai Bandara Internasional milik negara.

Jadilah niat baik saya untuk datang lebih awal dari semestinya tidak berbuah manis sebagaimana orang tua dulu selalu menasehati "kalo punya janji datanglah lebih awal, karena menunggu itu lebih baik daripada ditunggu..". Sebaliknya saya juga jadi teringat pepatah orang Inggris yang mengatakan "datang lebih awal dari janji yang kita buat, sama buruknya dengan datang terlambat..". Kalo dipikir-pikir lagi ternyata pepatah kedua ada benarnya juga, saya membatin. Itulah inti dari konsep on time, yang menempatkan waktu sebagai suatu hal yang sangat berharga sekaligus mahal harganya. Buat apa waktu kita buang percuma hanya untuk datang lebih awal dan menunggu, apalagi jika kasusnya kita yang datang terlambat dalam suatu appointment; karena jika kita melakukan hal yang kedua ini kita sudah melakukan 2 dosa secara bersamaan, yaitu kesatu kita akan membuang waktu dan kesempatan kita sendiri; dan yang lebih parah lagi kita membuang waktu orang lain karena keterlambatan yang kita lakukan. Hal ini penting menurut saya untuk dipikirkan, karena pepatah sendiri mencerminkan watak dari kultur manusia yang menciptakan pepatah itu, bukan?

Catatan Cerita Dari Bandara
Kesalahan saya yang datang jauh-jauh hari memang terkesan merugikan, namun tidak ingin saya larut dalam kekesalan ini. Untung aja, khas orang kita walaupun keadaan kurang menyenangkan bagaimanapun kita sering kali masih menyelipkan kata 'untung' hehe.. untung sebelum berangkat tadi, saya selipkan Laptop dalam tas kecil saya; jadi sambil mengisi kekosongan ini saya bisa sambil nge-blog dan update Facebook untuk sekedar killing time sampai pagi mulai terang. Hal pertama yang saya pikirkan adalah tempat! Mau nongkrong dimana nih.. apalagi batere laptop cuma tersisa 46% dan pasti gak akan cukup buat durasi pemakaian 3 jam kedepan. Berbeda sekali dengan pengalaman saya pada satu kesempatan di akhir tahun kemarin, pada saat saya harus menanti 2 jam keberangkatan dari Changi Airport Singapura. Ketika itu, waktu 2 jam terasa sangat singkat tanpa terasa. Bagaimana nggak? segala fasilitas lengkap disediakan di Changi, seperti beberapa booth Nintendo X-Box bagi para gamers yang masing-masing dilengkapi 5 unit beserta HDTV berukuran besar, arena kids sports yang bersih dan lengkap, stand makanan yang jumlahnya sangat banyak, akses internet cepat yang jumlahnya hingga puluhan unit diseluruh penjuru airport, bahkan ruang tunggu penumpang menjadi satu dengan mall, dan segala macam fasilitas lain yang sangat memanjakan konsumen penerbangan; sangat menyenangkan.

Anyway akhirnya pilihan saya jatuh pada stand KFC yang memang kebetulan tempatnya persis didepan Gate 2E dimana saya harus stand by. Tapi sebelumnya biar acara nge-blog saya makin afdol, saya mesti sedia dulu logistik rokok yang sekarang cuma tersisa 4 batang dikantong. Celingak-celinguk ke kiri ke kanan toko-toko udah pada tutup, payah! Gak mungkin lah saya mesti keluar kompleks bandara untuk hal ini dong. Ikhtiar saya akhirnya terjawab. Tepat dibawah patung ukiran suku Asmat yang ukurannya lebih mirip tugu letaknya di areal parkir bandara, lamat-lamat saya lihat cahaya lampu minyak berpendar dan ada sekitar 5-6 orang berkumpul sambil duduk-duduk lesehan. Pikir saya ngapain nih orang pada kumpul ditempat remang-remang macam begitu? Nah, ternyata dari tumpukan Pop Mie tersusun rapi 2 tingkat yang digelar seorang penjual saya baru sadar kalo disitu ada tempat jualan, kok bisa yah? Di bandara ternyata ada juga PKL-nya. Tapi saya ngga ambil pusing, dan saya hampiri aja tempat itu dan ternyata benar ibu-ibu yang menjual aneka gorengan dan kopi seduh itu ternyata juga menyediakan beragam pilihan merk rokok.

Satu sifat buruk saya yang sok suka kepengen tau segala macem dan memang hobi nanya-nanya; jadi langsung aja saya tanya sekalian ke ibu-ibu penjualnya itu. Dan kira-kira begini isi obrolan saya :
T : ''Bu, beli rokoknya Bu.. Sampurna mil ada?"
J : "Ada.. mau beli berapa bungkus de..?"
T : "Yah sebungkus aja lah.."
J : "Eh iya, maksudnya itu.. nih" sambil memberikan bungkus rokok.
T : "Ngomong-ngomong boleh Ibu jualan disini?"
J : "Ya, boleh ngga boleh juga sih.. asal uang keamanannya beres mah ya boleh"
T : "Jadi ibu jualan disini bayar"
J : "Ya iyalah.. kalo ngga mana bisa?"
T : "Ohh begitu.. kalo gitu saya tolong dibuatin Pop Mi-nya sekalian ya Bu"
T : "Jadi semuanya berapa Bu?"
J : "Jadi 15 ribu"
T : "Ini Bu, pas.. makasih ya"
J : "Iya, sama-sama.."

Jadi ternyata entah resmi atau ngga resmi, pedagang PKL diizinkan juga berjualan didalam kompleks bandara sepanjang 'uang keamanan' dibayarkan oleh para penjualnya. Saya coba melihat dari segi ketertiban umum dan keindahan, tentu hal ini cukup mengganggu ketertiban bandara. Karena bagaimana pun bandara kan gerbang masuk negara, terutama yang berasal dari mancanegara. Bukan maksud hati untuk 'JAIM' dari bangsa lain, tapi image sebagai bangsa yang tertib itu ya penting juga toh. Analoginya, kalo dari pagar rumahnya aja udah ngga tertib; gimana daleman-nya coba? Bukan kepengen saya menggusur lahan rejeki orang seperti ibu-ibu tadi, toh saya yang butuh rokok pun dimudahkan dengan keberadaan penjual seperti ini. Tapi, apa bukan sebaiknya kalau para pedagang ini difasilitasi dengan baik? Selain bandara akan terlihat lebih tertib, tentu dapat menjadi potensi pemasukan yang riil juga bagi negara toh? Bukan jadi lahan untung sebagain kecil orang aja yang merasa berhak mendapat bagian lewat retribusi liar berlabel 'uang keamanan' tadi.

Jam ditangan baru menunjukkan pukul 3.23 dini hari, artinya penantian saya masih cukup lama. Kepul asap dari dalam mangkok instan Pop Mi, menyebarkan aroma kaldu yang menyegarkan sekaligus mengundang selera tentu saja. Duduk disebelah saya, seorang pria berumur sekitar 40 tahunan sambil mengisap rokoknya yang baru setengah jalan. Dari tas jinjing yang dibawa saya kira si Bapak adalah salah satu penumpang pesawat. Tapi kenapa jam segini masih nongkrong disini. Saya coba membuka obrolan, dengan nada seakrab mungkin :
T : "Pak, baru mendarat apa mau berangkat..?"
J : "Iya dua-duanya laah.. hehe"
T : "Loh, kok saya jadi bingung. Emang Bapak dari mana dan mau kemana?"
J : "Dari Papua, mau ke Medan"

..to be continued..

No comments: