Monday 30 March 2009

Nukilan Cerita Dari Bandara Soe-tta Part. II

Jam ditangan baru menunjukkan pukul 3.23 dini hari, artinya penantian saya masih cukup lama. Kepul asap dari dalam mangkok instan Pop Mi, menyebarkan aroma kaldu yang menyegarkan sekaligus mengundang selera tentu saja. Duduk disebelah saya, seorang pria berumur sekitar 40 tahunan sambil mengisap rokoknya yang baru setengah jalan. Dari tas jinjing yang dibawa saya kira si Bapak adalah salah satu penumpang pesawat. Tapi kenapa jam segini masih nongkrong disini. Saya coba membuka obrolan, dengan nada seakrab mungkin :
T : "Pak, baru mendarat apa mau berangkat..?"
J : "Iya dua-duanya laah.. hehe"
T : "Loh, kok saya jadi bingung. Emang Bapak dari mana dan mau kemana?"
J : "Dari Papua, mau ke Medan"
T : "Oh.. Jadi Bapak transit di Cengkareng?"
J : "Iya.. Betul itu"
T : "Di Papua Bapak di kota mana? Bapak kerja disana?"
J : "Saya di Timika.. Iya betul kerja, di Freeport"
T : "Wah.. Hebat sekali Pak"
J : "Iya, yang hebat Freeport-nya..hehe Saya cuma kerja di bagian catering-nya saja"
Dan obrolan pun terus mengalir dengan cair..

Antara lain kehidupan didalam pabrik, keluarga yang diboyong Bapak ini ke Papua, kehidupan masyarakat asli, dan seterusnya. Bahagia saya karena banyak informasi yang selama ini saya terima seputar Freeport ternyata tidak sepenuhnya benar. Seperti hasil galian yang banyak orang bilang Freeport menambang emas ternyata tidak sepenuhnya benar. Karena, ternyata sesuai penuturan Bapak ini presentase penambangan Freeport adalah emas yang ditambang hanya sebesar 15% saja; sedangkan sisanya adalah tembaga. Tentu saja nilai tembaga dengan emas berbeda. Kemudian soal pengelolaan Freeport sendiri bukan ada di tangan Amerika Serikat (AS) sebagaimana yang selama ini saya tau. Nama Freeport sendiri sudah berubah dari Freeport-McMorran sekarang telah berganti menjadi Freeport Indonesia. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh peran Negara Indonesia dalam hal pengelolaan yang lebih besar dari sebelumnya. Hal itu juga ditandai dengan para tenaga ahli luar negeri yang saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan sebelumnya. Sudah banyak tenaga ahli dalam negeri yang mampu mengurusi operasional pertambangan PT. Freeport Indonesia tersebut. Tapi memang pengelolaan dan keuntungan belum sepenuhnya diambil oleh negara, karena pemerintah sendiri lebih memilih menarik rekanan-rekanan untuk mengurusi operasional tambang.

Lebih jauh, Bapak tadi juga menceritakan beberapa fasilitas yang dia terima selama bekerja di tambang sejak tahun 1998. Seperti sarana tempat tinggal yang disediakan, sarana pendidikan, kesehatan, dan rekreasi; yang kesemuanya ditanggung oleh pihak perusahaan. Seperti urusan pendidikan, biaya sudah ditanggung oleh pihak Freeport sepenuhnya kepada anak usia sekolah hingga anak para pekerja tambang lulus jenjang wajib belajar 9 tahun. Memang sudah semestinya seluruh perusahaan di Indonesia melakukan hal yang sama seperti dilakukan oleh Freeport kepada para pekerjanya. Tentu kehidupan Sosial-ekonomi masyarakat akan terbantu. Semoga saja, tapi tidak pernah tau kapan hal itu bisa terwujud.

Setelah Pop Mi saya habis begitu juga dengan batang rokok yang saya matikan, saya beranjak dari tempat tadi setelah bersalaman dengan si Bapak sambil mengucapkan selamat jalan. Saya kembali perhatikan jam di tangan, jam 4 kurang 10 menit. Di KFC saya mulai membuka laptop dan mulai blogging dan browsing ini itu.

Hingga akhirnya waktu sudah menunjukkan jam 5.10 pagi. Acara internet saya cukupkan sampai disini, dan naik ke lantai atas untuk sholat subuh. Ternyata, keanehan saya dengan bandara yang kita banggakan ini belum juga selesai. Apalagi kalo bukan soal musholla yang mengecewakan? Coba aja Anda bayangkan sendiri, masak musholla kelas bandara internasional kualitasnya kalah jauh dibandingkan musholla-nya mal-mal di Jakarta; sebut aja Plaza Senayan atau Senayan City sebagai perbandingan. Musholla bandara, udah mana sempit, becek, dan sangat menganut azas 'seadanya'. Dan yang paling menggangu adalah shaf yang disediakan untuk perempuan berada di perlintasan orang masuk yang menuju tempat mengambil wudhlu laki-laki dan perempuan? Bayangkan juga gimana semrawutnya, menyedihkan sekali bagi saya, karena potensi perempuan yang batal wudhlu-nya akan semakin besar karena harus bersentuhan dengan laki-laki yang baru masuk atau yang menuju keluar. Hal ini tentu mesti menjadi perhatian penting bagi pengelola bandara, jangan hanya mengaharapkan pemasukan yang besar dari seluruh aktivitas para konsumen penerbangan yang sudah harus membayar bukan dengan jumlah yang sedikit. Komentar saya belum termasuk keadaan toilet yang sangat jauh dari standar rata-rata toilet umumnya di bandara-bandara negara lain, bukan kah seharusnya pemerintah kita malu? Maka itu, jangan mangkel jika jumlah kunjungan wisata Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan negara kita. Malahan sekarang Malaysia sudah berhasil menjadikan sektor pariwisatanya sebagai primadona sumber pemasukan negara, karena concern-nya yang sangat besar dalam hal melengkapi segala infrastruktur mulai dari bandara hingga segala fasilitas pelengkap lainnya.

Jam 5.50 saya sudah berdiri manis di area penjemputan bersama dengan sanak-keluarga lain, yang mungkin juga sedang menantikan anggota keluarga yang baru tiba dari berpergian; sama sepertinya saya sekarang ini. Dari suara pengeras, terdengar seorang wanita menginformasikan dalam 2 bahasa, Inggris dan Indonesia, bahwa penerbangan GA 981 sudah mendarat.. Alhamdulillah, saya bersyukur kepada 4WI karena keluarga diberikan keselamatan selama perjalanan umroh ini. Pukul 6.20 saya sudah melambaikan tangan kepada keluarga yang tampak dikejauhan. Rombongan disambut oleh perusahaan travel Cordova sebagai pelaksana dan penanggung jawab perjalan ini, kami sekeluarga berpeluk cium melepaskan kerinduan setelah berpisah selama 5 hari kemarin. Setelah sekitar 15 menit kami menunggu di hotel transit bandara sambil menyantap hidangan ringan, proses pengurusan bagasi telah selesai. Pada kesempatan sarapan ini juga saya baru mengetahui duduk perkara arrival schedule yang mundur hingga 3 jam. Hal ini disebabkan keperluan transit di Riyadh untuk pengisian Avtur, sedangkan keluarga saya mengabarkan jadwal kedatangan jam 3 pagi, karena memang ETA yang tertera dalam tiket Garuda Indonesia yang dipegang menunjukkan waktu itu; wah pantesan regulator penerbangan Eropa nge-banned GA lalu lalang diatas wilayahnya, nah urusan kecil begini aja kadang masih luput dari perhatian. Akhirnya, kami sekeluarga akhirnya pulang setelah saling bersalaman-salaman dan saling mendoakan dengan sesama jamaah umroh lainnya.

Alhamdulillah perjalanan umroh keluarga saya dilancarkan mulai dari berangkat hingga kembali pulang ke tanah air. Selain itu, saya juga mendapat tambahan kebahagiaan dengan pengalaman yang saya dapat selam proses menunggu tadi..

Salam!

No comments: