Thursday 28 August 2008

Merokok Itu Melanggar Hukum? Part Due


Menurut Saya sih...

Saya sendiri bingung ingin berpendapat seperti apa dalam wacana pelarangan merokok ini. Apalagi saya juga baru dikabari oleh kak Melati, teman saya kuliah, bahwa merokok bukan hanya dirancang sebagai tindak pelanggaran pidana; lebih jauh bila merokok nantinya akan terkena hukum haram dalam agama Islam, sungguh menakutkan! Informasi tersebut didapat Mel dari acara Talk Show televisi. Sayang sekali saya nggak berkesempatan ikut nonton, jadi maklum saja kalo posisi saya agak kurang ngerti gimana perkembangannya sampai melebar menjadi isyu haram segala macam.

Saya mengerti, sangat mengerti sekali bahwa ada tujuan baik dibalik semua wacana diatas berkenaan pelarangan merokok. Dari sisi kesehatan, rokok dipercaya sebagai penyebab utama banyak sekali penyakit yang mematikan, semisal jantung koroner, kanker, gangguan kehamilan dan janin, hingga yang enteng-enteng macam radang tenggorokan, impotensi (karena tidak menyebabkan kematian) atau batuk berdahak, dll. Dari sisi psikologis ada juga dampaknya, katanya tingkah laku orang tua akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Hal ini membuka kecenderungan yang lebih besar bagi seorang anak yang memiliki orang tua dengan kebiasaan merokok akan meniru juga kelakuan orang tuanya.

Sedangkan dampak secara sosial lain lagi, pada satu kesempatan seorang perokok yang tidak tahu diri merokok didalam Metro Mini 69 jurusan Blok M - Ciledug. Keadaan panas terik ditambah jumlah penumpang yang melebihi kapasitas menjadi pelengkap kemacetan tepat di depan pasar Kebayoran Lama. Dalam keadaan seperti itu, jangankan orang yang tidak merokok; mereka yang merokok pun pasti akan merasa risih dan 'gondok' setengah mati. Saya sendiri pernah mendapati percekcokan seru diantara mereka ini, kira-kira demikian ilustrasinya :

perokok : (cresss.. rokok Minak Djinggo dibakar)
perokok : wuss.. wuss.. wuss.. (asap rokok memenuhi udara tipis didalam bus)
ibu-ibu : uhuk-uhuk.. (batuk)
mas-mas : uhuk-uhuk.. ckck,wah gimana ni orang (pura-pura batuk)
ibu-ibu : pak, tau diri dong! didalem bis sesak gini masih ngeroko juga..
mas-mas : nggak tau nih, nggak punya aturan apa?
perokok : wuss.. wuss.. (pura-pura nggak dengar, masih merokok)
ibu-ibu : pak! denger nggak saya ngomong?! budek kali yaa..
perokok : iye iye.. denger, bentaran masih nanggung dikit
ibu-ibu : (dibantu penumpang lain) kalo mau ngerokok, dipintu tuh sana sama knek!

Model perokok tanpa tata krama begini yang saya sangat setuju untuk ditertibkan. Satu poin yang saya tangkap bahwa yang dibutuhkan dalam masalah Rokok dan merokok sebenarnya adalah pengaturannya. Jika alasan kesehatan yang kita jadikan standar analisis hingga rokok begitu gencar diberangus, apa kabar dengan Fast Food? Junk food they used to say it..

Do Fast Food is Dangerous?
Hell yeah.. Coba sebut impact negative-nya apa aja? gak akan beda-beda jauh juga kok dengan efek negatif dari merokok tadi. Konsumsi terus-menerus makanan cepat saji akan berdampak pada kegemukan, dan kalo udah begini segala macam penyakit mulai dari Jantung, diabetes, impotensi, dan kanker adalah kasus yang paling umum ditemui dalam tubuh orang yang kegemukan karena konsumsi Junk food berlebihan.

Adakah larangan terhadap perkembangan outlet Fast Food di Indonesia? Sama sekali tidak ada! Padahal sama bahayanya untuk kesehatan juga, kan. Atau, tahu kah Anda bahayanya mengkonsumsi air mineral kemasan plastik yang ditinggal di dalam mobil semalaman. Ternyata dengan mengkonsumsinya terbukti secara klinis dapat menyebabkan kanker payudara. Okelah, sebagian dari para pembaca mungkin membatin " Alhamdulilah.. untung saya nggak pernah minum dari kemasan plastik yang ditinggal dimobil seperti tulisan ini.. ".

Tapi Anda tidak pernah tahu bagaimana proses pengiriman air minum dalam kemasan pabrik itu, bahkan sekelas Aqua sekalipun. Perjalan panjang mulai berangkat dari pabrik hingga ke supermarket atau warung-warung. Beberapa kali ketika saya melalui akses Ciawi menuju Sukabumi, saya temui distribusi air minum dalam kemasan baik botol atau galon yang sama-sama terbuat dari bahan plastik. Selama masa pengiriman, botol-botol dan galon tadi terjemur panas matahari, tentu proses peleburan bahan berbahaya dalam kandungan plastik yang bisa mengkontaminasi air didalamnya dapat terjadi dalam fase ini.

Namun, adakah perhatian besar pemerintah terhadap masyrakatnya melalui BPOM terhadap masalah-masalah seperti ini? Hampir tidak ada. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, banyak kasus-kasus zat kimia merugikan dalam makanan yang berkembang di masyarakat justru dibongkar keberadaannya lewat program televisi yang sengaja melakukan investigasi. sebut saja, bahan pewarna dan narkoba dalam obat dan jajanan anak-anak, daging busuk diwarnai darah, ayam suntik, kambing gemuk air, sampho palsu, sabun palsu, lotion palsu, semuanya palsu.

Merokok itu Hukumnya Haram?
Wah poin ini yang paling bikin saya merinding, " Merokok Itu Haram?". Menurut ustad yang menjadi narasumber dalam acara talkshow tentang rokok di TVOne itu, disebutkan bahwa rokok itu merusak pikiran umat, membuang-buang duit, sumber penyakit, dll. Jadi nggak ada alasan untuk tidak mengharamkan rokok. Oke, kalau begitu saya mau juga balik bertanya sama ustad tadi sekaligus MUI-nya. Bagaimana hukum Islam memandang kuis-kuis tengah malam dengan mendisplay perempuan seksi dan pakaian minim? ini pada tataran syariah Islam loh yaa, seksi memang subjektif & relatif. Atau SMS premium Reg spasi Mama, weton, ramal, dlsb. yang dijamin bisa memperenteng jodoh, karier, dlsb juga. Bukankah ini jatuh hukum syirik? jodoh atau karier bisa diatur Mama Loren, Ki Joko Bodho, dkk. Bukan syirik itu diharamkan? MUI diam saja?? Wah kok saya malah curiga MUI stengah hati yaa untuk menentukan yang mana haram dan yang mana halal. Jangan-jangan malah ikutan registrasi juga lagi? Wah yaa rusak deh semua umatnya.

Intinya, menurut saya sih yang diperlukan sekarang itu adalah REGULASI. Pengaturan yang jelas, baik masalah rokok dan banyak masalah lainnya. Khusus soal rokok, harus secara jelas ditentukan lokasi-lokasi mana yang boleh dan tidak. Batasan usia konsumen rokok yang benar-benar dijaga. Fasilitasi menjadi kata kunci, karena untuk melarang sepenuhnya secara mendadak hampir tidak mungkin. Nggak mungkin ada program yang bisa maksimal tanpa sosialisai yang maksimal juga dari pemerintah kepada masyarakatnya, bukan?. Harapan saya sih cuma agar masing-masing pihak bisa dimenangkan. Baik yang merokok dan tidak merokok. Memang merokok itu perbuatan buruk yang harus dihindari, yang merokok pun sadar akan hal itu. Coba tanya dengan mereka yang merokok, bagaimana jika anaknya seusia remaja ikut merokok? Pasti mereka pun akan ikut memarahi, toh. Nah, karena semua orang sadar bahwa merokok itu buruk berarti tindakan persuasif dan strategis bisa di implementasikan. Jangan langsung main hukum dan jangan main mengharamkan.

Persuasif pasti lebih baik =)


Cheers!

Wednesday 20 August 2008

Merokok Itu Melanggar Hukum?


Apakah berita ini benar?

Jujur saya belum bisa menjawab, karena sampai saat ini perkembangannya juga baru sebatas wacana aja baik di level publik hingga badan legislatif; cuma eksekutif saja yang masih tampak cuek terhadap hal ini. Baru tadi malam (Rabu,20/8) saya menyaksikan Talk Show di televisi, yang memang kebetulan membahas masalah ini, rokok diusulkan sebagai tindakan yang dilarang negara dan disusun dalam hukum positif berwujud undang-undang. Wow, hebat sekali! itu komentar saya sesaat ketika menyaksikan Talk Show di TV One itu. Acara itu menghadirkan 2 narasumber, Imam Prasodjo (Sosiolog dan pemerhati masalah sosial) dan seorang staff dari Deperin (saya lupa siapa namanya). Untuk narasumber dari Deperin skenarionya sih mengambil peran netral, karena departeman tempat dia bertugas, normatifnya mewakili kepentingan negara artinya harus mampu mengakomodasi antara masyarakat yang merokok - sekaligus yang tidak merokok, melalui kebijakan harus menaungi kepentingan petani dan pengusaha rokok-tembakau serta masyarakat konsumen rokok itu sendiri. Tapi heran saya, staff Deperin tadi yang seharusnya netral malahan terpancing 'umpan' yang dikail baik dari si presenter hingga narasumber pertama, hingga acara itu berubah menjadi debat terbuka. Sungguh lucu dan menggelikan.

Apakah diantara pembaca sekalian sudah mengetahui wacana ini sebelumnya?
Maksud saya wacana tentang pelarangan merokok yang akan diatur dalam undang-undang? Jujur saya baru ngerti loh, itupun setelah menonton televisi tadi malam. Menurut saya ini masalah besar, dan menyangkut banyak sekali persoalan yang cukup pelik lan kompleks. Peraturan yang diatur menjadi undang-undang Negara tentu meminta konsekuensi yang tidak sederhana. Sanksi bagi para pelanggarnya pun akan berbentuk pidana mas, iih amit-amit deh ditangkap Polisi dipinggir jalan " Kenapa mas dibui..? " dan jawaban saya " kemarin, saya kepergok merokok di warung pecel lele.. ". Gak gengsi amat.

Memang beberapa waktu lalu saya juga sempat melihat dibeberapa media, Psikolog dan tokoh pemerhati anak, Kak Seto menggulirkan wacana berbentuk himbauan yang dialamatkan kepada MUI untuk mengharamkan Rokok! Waduh saya sempat kaget, tapi himbauan haram ini ditujukan hanya untuk anak-anak; lebih jauh hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang beragama Islam saja. Loh kok begitu? Lah wong fatwa-nya juga berasal dari MUI kok, jadi yang bakal manut kan cuma orang Islam saja toh. Weleh-weleh, ada-ada saja si Komo lewat.

Kembali pada wacana mengundang-undangkan larangan merokok yang saya saksikan di televisi malam tadi yah. Saat ini, wacana tersebut (ternyata) sudah memasuki tahapan pembahasan di tingkat komisi. Entah kapan akan di paripurna-kan atau gimana prosedurnya di DPR saya kurang mudheng, intinya DPR ingin memberikan rancangan undang-undang ini ke Eksekutif begitu selesai dibahas dan di sepakati bulat-bulat. Nah lho, padahal kita tahu banget, di ruang sidang komisi DPR banyak anggota dewan yang perokok berat. Buktinya mereka yang perokok cuek-cuek aja tuh ngerokok - padahal itu kan jelas-jelas ruangan kerja, malah ber-AC dengan sirkulasi udara yang dibuat terbatas. Siap-siap pak, berhenti merokok massal.

Anyway Busway, perkembangan wacana ini sudah cukup serius dan bergulir jauh loh. Tapi sayang, dalam Talk Show malam itu para narasumber dalam memaparkan statement dan komentarnya kelewat basi tuh, rasanya tidak banyak informasi yang baru ataupun argumentasi seputar masalah merokok yang masih juga itu-itu saja; bagi saya sangat kurang menggairahkan (jika tidak mau dibilang membosankan).

Imam Prasodjo tampak kurang eling di acara itu, sebagai seorang akademisi ada harapan dalam diri saya tingkah lakunya bisa (tampak) lebih arif daripada berbicara dengan nada yang setengah teriak hingga memotong statement narasumber lain. Argumen yang dilontarkan pun masih seputar " Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin ". Kalo himbauan begini mah disemua bungkus rokok juga ada. Kemudian kritiknya terhadap TV komersial yang dapat memberikan pengaruh buruk terutama bagi anak-anak dibawah umur. Kemudian bantahannya terhadap anggapan umum yang menyebutkan industri rokok memberikan kontribusi besar kepada Negara dalam bentuk pemasukan melalui cukai tembakau, ataupun sisi ekonomi lainnya dan serapan tenagakerja dari industri rokok-tembakau ini. Serta ketidaksetujuannya akan kenyataan bahwa selama ini industri rokok lah yang mem-back up event-event olahraga. Sebut saja Liga Djarum Indonesia, A Mild IBL, dll. Statement-nya seperti ini, " Masak, event olahraga untuk orang sehat kok pelaksanaannya didukung sama sesuatu yang merusak kesehatan..? ".

Lain Imam Prasodjo, lain lagi narasumber berikutnya. Statementnya garing, sok diplomatis, dan penuh keraguan. Kalau Imam Prasodjo siap dengan data-data hasil riset, survey, dll. yang super lengkap (biasa, standar orang kampus); narasumber kedua beberapa kali berargumen tanpa dasar referensi yang jelas, malahan beberapa kali juga bertanya " valid ndak data itu..?!". Lah sebagai seorang akademisi, urusan valid nggak valid adalah hal yang sangat sensitif, Pak. Mulai dari sini nih suasana berubah 'bergelora', dituding soal validitas data, Imam Prasodjo naik pitam " Pak.. ini data dari BPS, Departemen Pertanian, dari Departemen Bapak sendiri juga ada; gimana sih? ".

Narasumber kedua panjang lebar menyampaikan bahwa Deperin sudah memiliki langkah-langkah strategis seputar masalah rokok itu. Seperti dokumen data tahun sebelumnya dimana tercatat lebih dari Rp 43 Triliun pemasukan negara dari cukai rokok, petani-petani tembakau di NTB yang mayoritas sudah makmur hingga hampir semua petani tembakau disana bisa naik haji minimal satu kali, kemudian pengaturan TV komersial produk rokok yang hanya diperbolehkan diatas jam 21.30, dengan asumsi anak-anak jam segitu udah ditempat tidur.

Masalah muncul, setelah Imam Prasodjo membuka lembaran survey dari BPS; bahwa income average petani tembakau Indonesia tidak mencapai Rp 700 Ribu/ bulan. Kemudian statement yang menyebutkan pemasukan signifikan Negara dari rokok itu tidak benar. Boleh saja data tercatat 43 Triliun lebih dari cukai rokok, tetapi dana masyarakat miskin yang habis untuk mengkonsumsi rokok tadi angkanya ternyata lebih besar dan efeknya itu yang lebih merugikan. Selain itu, memang sangat mungkin jika industri rokok disebut sebagai salah satu industri terbesar di Negara ini, mengingat jumlah perputaran uang yang segitu besarnya; namun hal ini hanya dapat dirasakan oleh para pemain-pemain kelas berat saja semisal Sampoerna, Dji Sam Soe, Djarum, Gudang Garam, dll sedangkan mayoritas penggerak industri rokok sendiri sangat sedikit sekali mendapat 'madu' manisnya; seperti para petani tembakau, buruh pabrik rorok, tukang asongan, dan sejawat-sejawatnya.

Selain itu, kritisi Imam berlanjut soal kebijakan Deperin terkait penayangan TV komersial rokok yang baru boleh ditayangkan diatas jam 21.30. Dia bertanya soal bagaimana dengan pengaturan iklan rokok di media billboard dengan ukuran raksasa dan menempati titik-titik strategis diseputar ibukota. Kebijakan Deperin masih dianggap fragmentatif dan tidak menyeluruh. Khusus untuk kritik ini, narasumber kedua cuma bisa mesem-mesem doang..

Bagaimana dengan pendapat Anda, Pembaca?

Menurut saya sih, ....



... To be continued

Friday 15 August 2008

Virginity Forum



Recommended for Girls..

Hello all, please pass this invitation from a young Indonesian director Lucky Kuswandi to all of your friends. The aim of the discussion is part of the research to develop a film story.

Thanks!

Lisa.


  • Dearest friends, kalau kalian sungkan memeriksakan diri ke gynecologist, takut periksa karena virginitas, mendapat diskriminasi dari staf perawat karena sexually active tapi tidak menikah, bawa teman-teman kalian dan mari suarakan problem kalian bersama Kalyana Shira Foundation & Project Change dalam diskusi dari perempuan untuk perempuan di Brewww, Jl. Kemang Raya no. 9, Jumat 15 Agustus 2008 (15.00-18.00) atau Sabtu, 16 Agustus 2008 (13.00-16.00). Coffee, tea and snack included :)

Thursday 14 August 2008

Kenapa Semua Orang Menikah ? Part due


Pada posting sebelumnya di judul yang sama, kita berhenti di masalah rasionalitas. Sebenernya ngomongin rasionalitas nggak akan selesai tanpa menyertakan Max Weber, tapi apa boleh buat, saya kok jadi khawatir nanti postingan ini jadi terlampau berat dan yang lebih parah segmentasinya jadi semakin sempit. Coba aja buka theory.uk , wikipedia , atau google aja deh yang paling aman; pasti ada banyak tulisan yang merangkum pemikiran beliau. Kecuali ada request khusus dari temen-temen yang ikut mbaca, pasti saya sempet-sempetin untuk masukin analisis Weber soal rasionalitas dan kita sambungin sama orientasi menikah seperti yang kita omongin disini.

Kenapa Semua Orang Menikah?
Percaya nggak percaya, pertanyaan ini saya coba tanya ke Ibu penjual rokok di depan kantor saya. Kalo saya sesekali belanja teh botol sekalian rokok-nya di warung itu, saya lihat Ibu ini selalu kompak sama suaminya. Kalo lagi ada pembeli, ini pasangan suami-istri pasti sigap. Kadang si Ibu yang seduhin kopi, si Bapak yang rebus Indomie; bisa juga sebaliknya. Sejauh penglihatan saya sih, mereka kompak walau jarang tampak komunikasi verbal. Kurang lebih dialog dan pertanyaan saya ke si Ibu seperti ini :

S: "Biasa Bu, teh botol dingin.. "
I: " ..... (senyum, tidak menjawab) "
S: " Bapaknya kemana Bu..? "
I: " Noh.. (menunjuk ke dalam warung) "
S: " Dagang di mari sama Bapak udah lama kali, Bu(sambil nyalain rokok) ? "
I: " Udah... (taro teh botol pesenan di meja) "
S: " Kawin sama Bapak, juga udah lama Bu (fwuuuss) ? "
I: " Udeeeh.. (salah tingkah, ngelap meja)"
S: " Lah dulu, Ibu, kenapa nikah? Sama si Bapak.. "
I: " ... (senyum, tidak menjawab) "
S: " Yeee.. Ibu ditanya malah mesem (senyum_pen.).. Kenapa Bu (nikah) ? "
I: " ... (masih belum jawab) "
S: " Yaelah Ibu, ditanyain juga... (fwuuuuss)"
I: " Lah abis, nanya sih aneh-aneh aje "
I: " Dulu kawin ya disuruh.. SMP udah beres "
S: " Terus kenapa jadinya sama Bapak ? "
I: " Disuruh.. "
S: " Ooh gitu.. jadi berapa Bu, teh botol dingin.. ? " dan seterusnya.

Disuruh...??!
Wah patut jadi perhatian nih, tolong di garis bawah! Kata disuruh tentu mengandung makna, menurut saya disuruh berarti ada campur tangan orang lain. Dalam konteks ini, subjek yang menyuruh pasti orang yang berwenang atas diri si Ibu tadi atau minimal berpengaruh besar lah. Kata 'suruh' adalah kata 'perintah', sifatnya sangat patron atau bisa diakses oleh subjek yang memiliki otoritas terhadap sesuatu. Sekali lagi, orang tua si Ibu tadi atau sanak keluarga yang lebih tua yang paling mungkin mengambil peran ini. Masalahnya kenapa " Disuruh kawin (menikah, atau whatever it says..) kok mau?! ". Nah, itu jawabannya langsung ada; " Mau "! Karena si Ibu " Mau " jadi dia akhirnya menikah dengan si Bapak. Maksudnya secara langsung ataupun nggak kan si Ibu setuju aja, bukan? Lain halnya kalo menolak atau protes atas suruhan tadi, belum tentu si Ibu jadi sama si Bapak tadi. Bisa jadi nasib si Ibu tadi beda nasibnya kalo nggak jadi menikah sama suaminya yang sekarang. Siapa juga yang tau kalo si Ibu bukan kawin sama si Bapak, terus dia menikah sama juragan pabrik rokok; bukan penjual rokok yang sekarang titel-nya jadi istri penjual rokok.

STOP!
Berandai-andai sih boleh, tapi saya belum mastiin ke si Ibu; karena boleh jadi keputusan dia mau nikah puluhan tahun lalu itu adalah keputusan yang paling tepat untuk dirinya. Apakah si Ibu bahagia? Bisa jadi iya. Apakah menikah dengan juragan pabrik rokok tadi (versi berandai-andai) menjamin si Ibu juga bahagia? Ooh belum tentu... Banyak faktor pasti yang mempengaruhi, lebih jauh kehidupan manusia itu kan tidak mekanistik sama sekali. Kaya berarti bahagia (belum tentu), dan miskin berarti menderita (juga belum tentu).

Maksud saya, dari pengalaman hidup si Ibu penjual rokok tadi bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya loh. Coba deh, mulai sekarang kita harus ikut campur sama jalan cerita hidup kita sendiri. Kalo mau bilang nggak ya nggak, kalo mau juga harus bilang mau. Minimal kalo kenapa-kenapa di kemudian hari, nggak ada yang bisa kita salahin; karena kita sang decision maker.

So, Menikahlah dengan hati nurani setelah dipertimbangkan masak-masak.


Cheers!

Tuesday 12 August 2008

Kenapa Semua Orang Menikah ?


Coba tanyakan pada diri kita sendiri, " Kenapa Semua Orang Menikah ? ". Tentu jawabannya akan beraneka macam, tentunya dengan alasan dan deretan pertimbangannya masing-masing. Kalo urusan cinta nanti dulu deh, kita bahas lain waktu aja; sebaliknya coba ditelaah lebih jauh daripada aspek emosional semacam cinta itu tadi. Cinta? mungkin bagi sebagian orang itu penting, tapi apa memang sangat penting? menurut saya sih sifatnya masih argumentatif; dan bukankah cinta sendiri sifatnya juga sangat tentatif? bisa datang dan bisa pergi sesuka hati, ditanya objeknya bagaimana pun belum tentu jawaban mantap bisa kita dapatkan dari orang yang (ngakunya) sedang jatuh cinta, terserah saja lah.

Coba kita berangkat dari sisi rasionalitas, mungkin jawabannya bisa jadi seperti ini, " Menikah yaa.. karena emang udah waktunya aja, umur udah cukup, pekerjaan juga udah ada; terus mau ngapain lagi ? ", atau mungkin " Menikah.. pernikahan itu kan ibadah, sebagai manusia yang ber-tuhan sudah semestinya lah kita menaati ajaran dalam agama, apalagi menikah itu juga menghindarkan kita dari perbuatan zinah; iya toh.. ", atau " Saya ingin dong punya keturunan, supaya marga dari keluarga saya bisa diteruskan ". Jawaban-jawaban itu mungkin tipe jawaban yang paling umum kita dengar, coba kita runut satu per satu beberapa kemungkinan sampai-sampai jawaban macam begitu yang bisa muncul dibenak kepala seseorang. Pertama, alasan 'Memang Sudah Mestinya' menjadi jawaban yang paling umum disekitar kita dan bukan hanya dalam hal menikah. Jawaban macam begini seperti sudah membudaya dan mendarah daging. Kenapa Lelaki Cari Nafkah, Perempuan Dirumah? ('Memang Sudah Mestinya'), Kenapa Preside Lelaki? ('Memang Sudah Mestinya'), Kenapa Sekolah Mesti didalam Kelas? ('Memang Sudah Mestinya'), Kenapa Saya Miskin? ('Memang Sudah Mestinya'), dan lain-lain dan lain-lain. Model pemikiran begini yang 'mestinya' kita koreksi, minimal skeptis sedikitlah sama apa yang ada disekitar kita. Saya pribadi agak curiga, kalo watak 'Memang Sudah Mestinya' (Indonesia bangeeet..) itu sengaja ditanam oleh para penguasa terdahulu, yah secara dari jaman baheula bangsa kita ini kan model kerajaan, nah lepas dari raja-raja masuk penjajah yang nggak kalah lama ikut kontribusi pengaruh yang sekarang bisa kita lihat udah jadi watak budaya. Tapi, walau bagaimana saya sendiri nggak bisa nyalahin siapa-siapa kalo mereka yang hidup model 'Memang Sudah Mestinya' fine-fine aja; terserah masing-masing.

Untuk model jawaban kedua, saya nggak menunjuk agama manapun loh.. Istilah zina dalam bahasa Indonesia memang kata serapan dari bahasa arab, tapi toh sudah berlaku umum untuk tindakan yang masuk kategori zina itu sendiri. Selain itu, agama mana juga (yang diakui dalam UUD' 45 s.d amandemen kesekian) jelas-jelas menentang perbuatan zina dan mendukung pernikahan; jadi semuanya sudah bisa dianggap clear. Pertanyaannya, kenapa takut zina malah menikah? kok nggak ekonomis banget, kalo saya mah lebih milih main sepak bola atau main Playstation2 dikamar saya; toh sama-sama terbebas dari ancaman melakukan zina dan jauh lebih murah. Kemudian, kalo menikah itu ibadah maka besar mana pahalanya dengan menafkahi anak yatim piatu yang dibuang ibunya karena perbuatan zina? Wawlohualam bishawab..

Ketiga, mungkin ini jawaban yang paling konyol sekaligus yang paling mendekati rasional. Rasional karena orang ini komit kalau mau beranak harus lewat proses pernikahan yang resmi, tapi juga konyol beralasan "L'Esprit De Marga-nya", demi untuk keberlangusngan marga-nya. Kalo gitu, alasan menikah itu hanya untuk punya anak (keturunan_pen.)? Dimana dong eksistensi hidupnya kalo hidupnya ditentukan dari eksistensi marga keturunan, masih mending kalo anak yang dilahirkan nantinya bisa dijadikan infestasi masa tua-nya, ini malah nggak; Iya kalo kebetulan peranakan istrinya subur, nah kalo nggak? Mau poligami? Padahal poligami idealnya untuk orang-orang yang duitnya cukup untuk banyak kepala, bukan ? (rasional). Aaah, padahal saya juga punya pengalaman buruk dengan kata Rasionalitas. Jangan sekali-kali terlalu berharap sama si 'rasionalitas' itu - buat apa mengandalkan rasionalitas yang sifatnya sendiri relatif terbatas. Jadi biasa aja deeh.. hehehee


...to be continued

Friday 1 August 2008

Quotes from The Wishdoms



" ..ternak masih melihat dunia luaran, tetapi dibeberapa daerah di Indonesia masih banjak Zubaedah-Zubaedah dan saleha-saleha jang dikurung diantara dinding-dinding jang tinggi, jang mereka melihat sehari-hari hanjalah suami dan anak, periuk nasi, dan batu pipisan sadja. Ja, sekali-kali mereka boleh keluar; sekali-kali kalau sang suami mengizinkan. Tjahaja matanya, jang dulu, waktu mereka masih kanak-kanak ketjil; adalah begitu hidup dan bersinar. Tjahaja matanya itu, kemudian, kalau mereka sudah setengah tua, mendjadilah tjahaya mata jang seperti mengandung hikayat jang tiada achirnya. Tjahaja mata, jang seperti memandang ke dalam keabadian. Perempuan Indonesia tiada achir."
- Sukarno, Sarinah (12) -

"..Dan kemanusiaan akan terus pintjang, selama, saf jang satu menindas saf jang lain. Harmoni hanjalah dapat tertjapai, kalau tidak ada saf satu diatas saf jang lain, tetapi 'saf' itu sama-deradjat-berdjadjar-jang satu aisebelah jang lain, jang satu memperkuat jang lain." Sukarno.

" Masing-masing menurut kodratnja sendiri. Sebab siapa melanggar kodrat alam ini, ia achirnja di-gilas-remuk-redam oleh alam (itu) sendiri. Alam benar adalah alam " sabar ", alam benar tampaknja diam, tetapi ia tidak dapat diperkosa, ia tidak mau diperkosa. Ia tidak mau ditundukkan. " Sukarno


" Djanganlah tergesa-gesa meniru tjara modern atau tjara eropah; djanganlah djuga terikat oleh rasa konservatif atau rasa sempit; tetapi tjotjokanlah semua dengan kodratnya.."
- Ki Hajar Dewantara -

Manusia Mahakarya (MaMa)

Layaknya semua jejaka, tajinya menyala-nyala..
(ternyata) Jejaka butuh Hawa, perempuan bernyawa yang adi daya

Kepadanya pertama kali aku bertanya tentang arti hadir di dunia
Tempatku meminta roti dan susu, atau sekedar kudapan berselera
Menemani melewati mencekamnya gelap kamar di malam hari
Membangunkanku dari tidur yang dalam
Menyediakan padanan yang elegant untukku hari ini
Memberikan sangu uang saku, aku belanjakan sesuka hati
Mengobati luka di lutut, siku, atau di pelipis yang aku bawa pulang
Mengawasiku mengerjakan pekerjaan rumah
Mengantar pada setiap kelulusan Sekolah
Mengingatkan; inilah yang baik, sedangkan yang itu buruk
Memberi restunya kepada perempuan yang merebut jejaka yang dipeliharanya dari kandungan
Menghiburku, walaupun jelas-jelas aku mengkhianatinya dengan perempuan lain yang secara kejam ternyata mengkhianatiku...

Selalu memastikan apakah semua kebutuhanku sudah terpenuhi
Mendoakan dan selalu mengingatku, padahal aku sering meninggalkannya sendirian
Merawat ketika satu waktu aku begitu lemah dan menjadi pesakitan, dengan begitu setia penuh kesabaran dan dengan keindahan yang orisinal akan sebuah bentuk perhatian..

MaMa, ampuni karena selalu menerima lebih dari apa yang pernah aku berikan
MaMa yang selalu memberikan kepercayaan, yang berkali-kali aku aku kecewakan kepercayaan itu; lebih banyak yang aku sembunyikan daripada yang aku pilah-pilih untuk disampaikan

MaMa-ku sayang...
Sembah syukur atas semua cinta yang tersedia untuk buah hatimu ini,
Membuatku sadar betapa lebih besar aku dicintai daripada aku mencintainya